e-Home

... [HOME sweet HoMe] ...

Di desa ku membangun. Di desa ku kembali mengolah bahan pangan berbahan baku lokal. Di desa aku mengabdi. Padamu negeri, aku berbakti!


             A. LATAR BELAKANG
Kondisi geografis di wilayah selatan Wonosobo yang berpotensi curah hujan cukup tinggi memberikan peluang besar bagi peningkatan pertanian rakyat. Lipursari adalah salah satu desa yang ada di wilayah selatan Kabupaten Wonosobo, tepatnya di kecamatan Leksono, di lereng perbukitan Mbeser dan merupakan daerah pertanian yang berbatasan langsung dengan wilayah Kaliwiro, Selokromo, dan Selomerto. Desa Lipursari termasuk salah satu dari beberapa desa di kecamatan Leksono yang menghasilkan singkong (baca: cassava; balinghoy) unggulan. Namun sayang, sebagian besar petani di desa Lipursari belum dapat mengolah singkong secara maksimal.

Gb.1 - Google Map : desa Lipursari (diapit oleh Kecis & Kemiriombo)
Selain singkong (cassava; balinghoy), produk-produk pertanian lainnya seperti padi dan tanaman palawija juga banyak dijumpai di desa Lipursari. Walaupun begitu, harga jual hasil panen tidak selalu mencukupi kebutuhan hidup masyarakat desa Lipursari. Masih banyak petani yang kurang mampu dan merasa kesulitan dalam pengadaan bibit, pengolahan lahan, dan pemasaran hasil panen. Daya beli dan perekonomian para petani semakin melemah ketika harga sembako terus melonjak dan bahan bakar minyak tak kunjung stabil.

Hampir sebagian besar perempuan di desa Lipursari memilih bekerja di luar kampung, jadi transmigran bahkan ke luar negeri hanya untuk ikut serta mencukupi kebutuhan ekonomi keluarganya. Kaum laki-laki yang dalam hal ini menjadi tulang punggung dan kepala keluarga tidak dapat terlalu banyak mengubah keadaan ekonomi keluarga karena lahan pertanian yang menjadi tumpuan hidup tidak dapat diandalkan lagi. Banyak pemilik lahan sawah yang menjual sawahnya demi mencukupi kebutuhan keluarga dan membiayai pendidikan anaknya. Buruh tani banyak yang kehilangan lahan garapan dan beralih profesi menjadi buruh bangunan dan transmigrasi ke daerah lain di pedalaman Kalimantan dan Sumatera.

Keadaan ini tidak terlalu banyak berubah hingga akhir tahun 2008. Hasil panen semakin tidak menjanjikan untuk mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari. Menyikapi hal tersebut, perempuan-perempuan yang tinggal di desa Lipursari berusaha untuk mandiri dan terkadang menggantikan posisi suami dalam mencari nafkah. Ada yang bekerja sebagai pengasuh anak, pekerja rumah tangga, buruh pengupas singkong, penjual tempe, dan buruh pabrik.

Ketimpangan sosial meningkat, kecemburuan sosial bertambah, pengangguran dan anak putus sekolah cenderung meningkat. Angka perceraian tidak kunjung turun dan rumah tangga miskin (RTM) masih saja ada. Jumlah penduduk usia produktif banyak yang meninggalkan kampung halaman. Hanya sebagian saja yang berusaha bertahan hidup di desa Lipursari dengan melakukan kegiatan usaha produktif dan melakukan kegiatan inovatif dalam mengolah hasil panen.

Kelompok UMKM (k-UMKM)
Mari termasuk salah satunya yang berusaha inovatif untuk mengembangkan kegiatan produktif di desa Lipursari yang sejak tahun 2008 juga telah menjadi model desa percontohan, desa PRIMA (PeRempuan Indonesia Maju mAndiri) dan sejak tahun 2013 sebagai DESBUMI - Desa Peduli Buruh Migran.
Gb.2 - Kirab panji se-kab.Wonosobo

Awalnya, k-UMKM
Marimendapatkan pelatihan boga di balai desa Lipursari pada awal tahun 2008. Pelatihan boga ini diselenggarakan oleh Setda. Bagian Pemberdayaan Perempuan Kabupaten Wonosobo dengan mengundang remaja putri dan ibu-ibu dari seluruh desa Lipursari. Kegiatan tersebut ternyata bermanfaat karena berhasil memotivasi semua peserta untuk mengembangkan industri rumahan yang berbahan baku hasil panen lokal.

Beberapa pertimbangan yang diambil dalam melakukan pengembangan usaha olahan pangan rakyat berbahan baku singkong (ubi), yaitu: Mudah: bahan baku singkong mudah didapat dan tersedia, Murah: Penjualan harga singkong masih tergolong murah dan alat-alat yang digunakan untuk pengolahan singkong tersedia dengan harga yang terjangkau, Cepat: Pengolahannya tidak terlalu lama dan hampir semua orang bisa melakukannya, Manfaat: Dapat meningkatkan harga jual hasil panen, membuka lapangan kerja, dan memenuhi kebutuhan pangan lokal hingga tingkat regional.

Berdasarkan analisa kami, k-UMKM “Mari” berpotensi untuk menjadi produsen sekaligus mesin pembangkit perekonomian masyarakat dan memotivasi ibu-ibu rumah tangga untuk lebih kreatif dalam melakukan inovasi terhadap hasil olahan pangan lokal, khususnya yang berbahan baku singkong.

Adapun jenis produksi pangan berbahan baku singkong yang telah diolah dan dipasarkan k-UMKM ''Mari'', yaitu:
            » Opak e$geDe (baca: Singkong Gadung) banggi,
            » Kripik Singkong (baca: cassava)
» Gendar
            » Combro
            » Tiwul Instan
            » Opak
            » Opak leye
» Nasi Jagung Instan

             B. ANALISIS PEMASARAN
Kabupaten Wonosobo sudah lama dikenal sebagai salah satu daerah tujuan agro wisata di propinsi Jawa Tengah sehingga sangat kondusif untuk pengembangan olahan pangan rakyat yang berbasis pertanian. Dua hal perlakuan yang bisa diterapkan untuk peningkatan nilai ekonomi dari hasil panen, yaitu:

  1. PEMAJU -Petik Kemas Jual
Bentuk perlakuan terhadap hasil pertanian untuk dikemas lebih dahulu sebelum dijual sehingga memiliki nilai jual yang tinggi daripada produk pertanian yang langsung dijual setelah dipetik. Dengan PEMAJU, kita bisa mendapatkan peningkatan nilai ekonomi sampai 150% bahkan lebih.

  1. PELAJU -Petik Olah Jual
Bentuk perlakuan terhadap hasil-hasil pertanian dengan melakukan pengolahan terlebih dahulu sebelum dijual. Hasil pertanian yang baru dipanen diproses terlebih dulu menjadi berbagai produk olahan yang memiliki nilai ekonomi jauh lebih tinggi. Dengan PELAJU kita bisa meningkatkan nilai ekonomi sampai 100% dari nilai ekonomi produk pertanian yang dijual mentah pasca panen.

Kedua pola inilah yang digunakan oleh k-UMKM ''Mari'' untuk perluasan dan pengembangan usaha. Dengan melakukan PEMAJU dan PELAJU, kami telah membuka lowongan kerja bagi masyarakat desa Lipursari, kecamatan Leksono, kabupaten Wonosobo.

Panganan rakyat yang berbahan baku singkong sangat digemari berbagai kalangan masyarakat, sehingga mudah dalam pemasarannya. Pasaran masih terbuka luas, karena kami selalu melakukan inovasi terhadap olahan produk kami sehingga konsumen selalu menanti.

            C. FAKTOR PENDUKUNG 
Beberapa faktor yang mendukung kemajuan usaha k-UMKM ''MARI'', yaitu:
  1. Lahan pertanian yang cukup luas dan subur di desa Lipursari,
  2. Variasi bibit singkong yang beraneka,
  3. Berlimpahnya bahan baku yang dibutuhkan,
  4. Tersedianya bahan pendukung yang dibutuhkan,
  5. Kualitas produk yang terjamin & halal,
  6. Sumber daya manusia yang siap dilatih & trampil,
  7. Pangsa pasar masih cukup luas,

            D. PROFIL USAHA 
k-UMKM MARI yang dirintis sejak akhir tahun 2007 ini merupakan usaha perseorangan dengan struktur direktur (kepala usaha) merangkap karyawan. Kami telah memiliki izin Usaha Mikro Kecil Menengah (i-UMKM) dan sekarang sudah punya NIB (Nomor Induk Berusaha). Berbentuk badan usaha perseorangan atau Usaha Dagang (UD)

Dalam hal ini, direktur (kepala usaha) langsung membawahi karyawan. Kerja direktur dibantu oleh sekretaris yang merangkap bendahara. Sekretaris berkoordinasi dengan direktur dalam melakukan pembukuan keuangan dan administrasi usaha.

Pegawai/karyawan sebelum menjadi pekerja tetap di k-UMKM "MARI" terlebih dulu magang minimal sebulan sambil mempelajari standar operasional kerja kami.

Bagan organisasi memakai bagan organisasi kelembagaan sederhana dan administrasi standar/sederhana.

            Kelembagaan k-UMKM MARI:



STRUKTUR ORGANISASI SEDERHANA

            -Uraian tugas:
  1. Direktur merangkap mandor sekaligus karyawan bagian pengolahan pangan,
  2. Sekretaris merangkap bagian packaging,
  3. Bendahara merangkap bagian pemasaran dan penjualan,
  4. Pegawai/karyawan sebagai pekerja yang menangani pengolahan bahan baku dari bentuk mentah menjadi bentuk kemasan.
Direktur / Kepala Usaha
:
Siti Maryam
Sekretaris / Bendahara
:
Retno Palupi
Karyawan
:


1.Atun, 2.Wasilah, 3. Kodyah, 4., Koni'ah 5.  Stevi Yean, 6. Hikmatul Fitri

Nama Perusahaan:
- k-UMKM bernama: ''MARI''
Badan Hukum Usaha:
- Usaha Dagang Perseorangan: UD.
Perijinan Usaha:
          a. TDP No.    : 112955208012
          b. SIUP No.   : 503/3153/Mikro/II/2010
          c. HO            :  530/2828/HO/UMKM/2010
          d. IMB          : 648/02878/P/2010
          e. S-PIRT      :  2.15.33.07.05.617 (sudah perpanjangan lagi)

Kegiatan Usaha: 
- Jenis Usaha : Produksi Makanan Ringan (instant food) & Pelatihan Olah Pangan
- Bahan baku utama: singkong (cassava; manioc)
- k-UMKM MARI merupakan usaha perseorangan yang bergerak di bidang usaha pokok perdagangan eceran makanan dan pelatihan olah pangan, fokus pada produk berbahan baku singkong. Singkong dipilih sebagai bahan baku dikarenakan tersedia cukup melimpah di kabupaten Wonosobo, khususnya desa Lipursari, namun belum dimanfaatkan secara optimal.
            - Volume usaha dari produk utama yang dihasilkan UD. MARI, yaitu:
   1.      e$geDe (singkong gadung) dengan volume usaha 2.500 kg s.d. 4.000 kg./bulan,
   2.      Leye mampu mencapai volume usaha 300 kg./bulan,
   3.      Tiwul instan Mari, khas Bukit Mbeser, Kab. Wonosobo, dengan volume usaha min. 500 kg./bulan,
   4.      Gendar, dengan volume usaha 100 kg./bulan
           
          Pemasaran: 
              1.     Lokal
                   - Tujuan pemasaran: Pusat oleh-oleh dan outlet market (Trio) di Wonosobo,
  2. Nasional
     - Tujuan pemasaran di luar kab. Wonosobo: Banjarnegara, Purbalingga, Magelang,                    Semarang, Bogor, Jakarta, Surabaya, Madiun, Sumatera Selatan, Sulawesi Utara dan Bali.

            E. PENGEMBANGAN KUALITAS
              * Pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM), berupa:
Gb.3 - Pelatihan Mutu
          - AMT di Balatkop Semarang dan studi banding, 
          - TOT di Wonosobo dan studi banding,
         - Pelatihan Tata Boga di Temanggung dan studi banding,
         - Pelatihan TOT, PUG -MDG’s di Wonosobo,
      - Pelatihan Internet Marketing di Balatkop - Semarang,
        - Kunjungan kemitraan usaha di provinsi Bali,
     - Pelatihan peningkatan mutu & Diversifikasi Produk              Singkong di Wonosobo,
    * Sertifikasi Olahan Pangan (P-IRT) & halal MUI
    * Sertifikasi Perijinan Usaha   
    * Packaging & kemasan produk.
 
           F. PERMASALAHAN YANG DIHADAPI DAN SOLUSI
Sebagai seorang pengusaha, perusahaan yang saya pimpin ini tidak luput dari permasalahan. Yang pertama, dalam memilih tenaga kerja. Perusahaan saya ini menerima orang-orang di sekitar lokasi usaha terutama perempuan dan memilih orang yang benar-benar memiliki kemampuan dan mengetahui teknik pengolahan pangan berbasis singkong.
Gb.4- Pemandangan Gn. Sindoro dan Sumbing

Awalnya banyak tenaga kerja yang ingin bekerja di perusahaan saya, namun karena keterbatasan ruang produksi dan keterbatasan modal usaha, maka saya hanya memilih orang-orang yang lebih menguasai teknik pengolahan pangan berbasis singkong. Untuk saat ini, UD. MARI baru mempunyai beberapa orang karyawan, terutama perempuan yang pernah bekerja di luar negeri (mantan TKW).

Alat produksi pangan yang masih tradisional dan manual juga membuat usaha pembuatan makanan ringan ini tidak selalu mulus, terkadang ada komplain dari konsumen soal rasa dan bentuk standar panganan. Hasil penjemuran e
$geDe (singkong rasa gadung) dan tiwul instan juga terkadang kurang memuaskan karena kondisi curah hujan yang cukup tinggi di Wonosobo, khususnya di desa Lipursari. Satu-satunya cara mengatasi ini adalah dengan menggunakan alat pemanas yang dapat menggantikan fungsi matahari apabila musim hujan datang. Alhamdulilah, permasalahan curah hujan yang tinggi saat ini dapat teratasi dengan alat pengering yang kami dapatkan dari Dinas Koperasi & UMKM Kab. Wonosobo. Selain itu, kami juga telah mendapatkan bantuan alat diesel penggiling chips singkong untuk dijadikan tepung MoCaF dari Disperindag. Kab. Wonosobo. Tepung mocaf tersebut selanjutnya diolah menjadi tiwul instan cTs (tiwul'e cah sobo).

Tidak hanya itu, keterbatasan alat transportasi juga membuat pergerakan pemasaran ke luar wilayah Wonosobo tidak leluasa. Hal ini, sementara kami siasati dengan melakukan pengiriman barang ke luar Wonosobo memakai paket jasa pengiriman barang atau konsumen datang langsung ke rumah kami untuk mengambil produk yang dipesan.

Saat ini k-UMKM kami sedang melakukan pengembangan usaha dengan cara memisahkan antara rumah produksi dengan rumah pelatihan olah pangan. Rumah produksi hanya untuk produksi sedangkan rumah pelatihan olah pangan untuk melatih para perempuan/ibu-ibu PKK dan siapa saja yang ingin mengembangkan usaha dengan bahan baku singkong. Kami membuka diri bagi siapa saja yang ingin mengunjungi rumah produksi  kami sekaligus belanja langsung ke Lipursari.

     k-UMKM
kami siap melatih calon pengusaha yang ingin belajar olah pangan di rumah pelatihan          kami sambil menikmati objek wisata desa Lipursari. 

           H. PENUTUP
Segala puji syukur hanya untuk Allah SWT. Atas perhatiannya, kami haturkan banyak terima kasih.           
Desa Lipursari,  Mei 2013

Direktur,

Siti Maryam

WA : 081314943509
F: boniok ::F: Tiwul Mari Lipursari