Minggu, 07 Juli 2013

PRODUK Singkong menurut Wikipedia

Cassava (Manihot esculenta), also called singkong, manioc, yuca, balinghoy, mogo, mandioca, kamoteng kahoy, and manioc root, a woody shrub of the Euphorbiaceae (spurge family) native to South America, is extensively cultivated as an annual crop in tropical and subtropical regions for its edible starchy, tuberous root, a major source of carbohydrates. It differs from the similarly spelled yucca, an unrelated fruit-bearing shrub in the Asparagaceae family. Cassava, when dried to a starchy, powdery (or pearly) extract is called tapioca; its fermented, flaky version is named garri.
Cassava is the third-largest source of food carbohydrates in the tropics, after rice and maize.[1][2] Cassava is a major staple food in the developing world, providing a basic diet for over half a billion people.[3] It is one of the most drought-tolerant crops, capable of growing on marginal soils. Nigeria is the world's largest producer of cassava.
Cassava root is a good source of carbohydrates, but a poor source of protein. A predominantly cassava root diet can cause protein-energy malnutrition.[4]
Cassava is classified as sweet or bitter. Like other roots and tubers, cassava contains antinutritional factors and toxins.[5] It must be properly prepared before consumption. Improper preparation of cassava can leave enough residual cyanide to cause acute cyanide intoxication and goiters, and may even cause ataxia or partial paralysis.[6] Nevertheless, farmers often prefer the bitter varieties because they deter pests, animals, and thieves.[7] The more-toxic varieties of cassava are a fall-back resource (a "food security crop") in times of famine in some places.

[the completed news from : http://en.wikipedia.org/wiki/Cassava]


Kamis, 13 Juni 2013

Tiwul Instan, PRODUK Lokal Menginspirasi


Gerakan mengampanyekan produk berbahan baku lokal, terutama singkong (bahasa Inggris: cassava) di daerah Wonosobo dan sekitarnya. 

Maria yang asli kelahiran desa Lipursari, kecamatan Leksono, Kabupaten Wonosobo ini sejak profilnya diputar di METRO TV (program acara Sudut Pandang) dan RCTI (Program acara Selamat Pagi Indonesia dengan tema "Mantan Buruh Migrant Membangun Desanya") makin gencar berkampanye mengajak warga untuk kembali mencintai makanan berbahan baku lokal. Alhamdulillah..., respon masyarakat pun menggembirakan.

Gerakan dan tayangan di media elektronik tersebut sangat menunjang kegiatan yang Maria Bo Niok lakukan, baik di bidang sastra maupun di bidang usaha rumahan (Usaha Mikro Kecil Menengah).

Aneka olahan yang tersedia adalah: Tiwul Instan, Singkong Gadung (esgede), Carica, Sengkulun, Kripik Tahu, Combro, Onde Ketawa, Gendar, Lanting, Bolu Cukil Pisang, Stik Dolphin dan Kripik Kentang. Semuanya produk dengan bahan baku lokal dan diproses secara alami. Produk khas dari Wonosobo yang gaul, penuh gairah dan menawan ini buatan "UD.MARI". Beralamat di Pasunten, RT.03/RW.02, Desa Lipursari, Kec. Leksono, Kabupaten Wonosobo, 56362, Jawa Tengah, Indonesia. Perusahaan kami tetap mengutamakan mutu dan keaslian bahan baku lokal yang bervarietas unggul dan banyak ditanam di kabupaten Wonosobo.

Selain cTs (tiwul cepat saji) yang cukup gaul dan sudah dikenal di kalangan anak muda (khususnya komunitas anak muda pecinta musik ReGaE), "UD. MARI" juga menyediakan aneka makanan lain dari bahan baku singkong dan ubi-ubian yang juga tidak kalah fans. Siapa yang tidak kenal esgede, karebi, sengkulun, opak koin, siTekad, 


Tidak hanya piawai membuat aneka olahan pangan berbahan baku lokal, Maria juga bisa membuat Novel . Siti Maryam yang bernama pena Maria Bo Niok  ini sudah menulis dan menelurkan sembilan (9) judul novel. Gambar cover yang terlihat di samping ini adalah dua di antara novel yang sudah diterbitkannya. Komplitlah sudah "UD. MARI".  Punya produk makana juga punya nutrisi otak [baca: buku]. Alhamdulillah.... .

Jangan lupa, TBM "Istana Rumbia" yang didirikannya sejak 01 Januari 2006 juga menghiasi kegiatannya sehari-hari. Baginya, kebahagiaan anak-anak di desanya adalah kebahagiaannya juga. Senyum mereka juga senyum yang mekar di hatinya. Tidak bisa dipisahkan antara "UD. MARI, Istana Rumbia dan Novel" dari sosok yang bernama Maria Bo Niok. Meskipun notabene wong ndeso tapi kecerdasannya boleh diuji. Juga ketekunannya. Semua berkat singkong. Anak singkong terbukti tahan banting, sehat dan energik. Istana Rumbia, selalu menjadi laboratorium usaha, rumah pintar, rumah edukatif, lembaga pelatihan dan yang paling penting selalu penuh inovatif, inspiratif dan rekreatif bagi masyarakat sekitar maupun pendatang.
Semangat untuk mandiri dan berdikari selalu ditularkannya pada teman-teman buruh migrant se-Indonesia, baik yang masih aktif di luar negeri maupun yang sudah purna tugas, melalui workshop dan seminar pelatihan. ]